Okky Madasari, PhD

Kongres Bahasa Indonesia, 25-28 Oktober 2023

…. Bahasa perhubungan jang berabad-abad tumbuh perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan jang setelah bangkitnya pergerakan kebangunan rakjat Indonesia pada permulaan abad kedua puluh dengan insaf diangkat dan didjundjung  sebagai bahasa persatuan. 

- Sutan Takdir Alisjahbana -

I. Pendahuluan

Bahasa Indonesia yang berakar dari Bahasa Melayu yang sedari awal adalah bahasa kosmopolitan. Ia telah digunakan dalam percakapan dan perdagangan antar wilayah di Asia Tenggara. Ia juga menjadi bahasa yang telah membangun kesadaran berbangsa. Fakta-fakta itu yang kemudian menjadi alasan utama kenapa Bahasa Melayu yang dipilih sebagai bahasa persatuan kita, yang kemudian tumbuh dan berkembang sebagai Bahasa Indonesia yang kini kita kenal. 

Berdirinya negara-bangsa, bukanlah sebuah alasan untuk memutus jejak sejarah dan keterikatan antara Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Sejarah panjang itu justru menjadi bukti bahwa Bahasa Indonesia telah dan sedang memainkan peran penting di kawasan Asia Tenggara maupun dunia. 

Di tingkat Asia Tenggara, upaya untuk memformalkan penggunaan Bahasa Indonesia terlihat dari usulan untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN. Ini bukanlah sebuah usulan yang mengada-ada, mengingat Bahasa Indonesia digunakan oleh lebih dari 270 juta orang - hampir separuh populasi ASEAN. Jumlah ini akan membesar ketika pengguna Bahasa Melayu di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam juga dihitung karena sesungguhnya baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Melayu berakar sama dan masing-masing penggunanya bisa memahami satu sama lain. 

Sayangnya, upaya itu masih belum bisa terwujud. Terlebih lagi posisi antara Indonesia dan Malaysia yang - alih-alih melihat bahasa kedua negara sebagai sebuah kesatuan dan bersama-sama mengupayakan penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu di tingkat regional - lebih memilih untuk bersaing, saling klaim kepemilikan, dan saling meniadakan.

Bahasa dan Kekuasaan

Bahasa adalah kekuasaan (power) and pengaruh (influence) karena selain sebagai alat komunikasi bahasa adalah sistem simbol yang mencerminkan dan membentuk realitas sosial sehingga ia membentuk pola pikir dan pengetahuan dan kemudian menentukan perilaku. Dalam telaah-telaah Ilmu Hubungan Internasional, bahasa adalah bagian dari soft power, yaitu kekuatan sebuah negara untuk dihormati dan punya daya tawar serta bisa mempengaruhi suatu kondisi dan masalah tertentu dalam bernegosiasi atau dalam menyelesaikan masalah internasional tertentu karena ia dianggap menarik dan baik oleh yang lain tanpa pemaksaan dan memakai kekuatan militer. 

Jika Bahasa Indonesia dipakai oleh rakyat suatu negara, misalnya contoh paling nyata oleh mayoritas rakyat Timor Leste, maka mereka akan sangat terpengaruh oleh pola pikir bangsa Indonesia serta akan menghormati dan mencintai produk-produk budaya Indonesia, misalnya menyenangi lagu-lagu dan menonton film-film dan sinetron-sinetron Indonesia. Negara tersebut juga akan lebih mengerti budaya Indonesia dan merasa akan akrab dengan budaya Indonesia sehingga mempermudah menjalin hubungan politik, ekonomi serta sosial. Di sinilah arti penting usaha-usaha mendorong Bahasa Indonesia dipakai oleh lebih banyak bangsa dan negara atau internasionalisasi Bahasa Indonesia.

Ketika internasionalisasi Bahasa Indonesia kini telah menjadi sebuah amanat, upaya untuk meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa regional dan global harus menjadi agenda prioritas yang melibatkan berbagai sektor, mulai dari pemerintah lintas kementerian, lembaga pendidikan, lembaga bisnis, sastrawan, jurnalis, dan seluruh lapisan masyarakat umum.

Makalah pertama-tama akan membahas bagaimana posisi posisi strategis Asia Tenggara makin meningkat dan dengan demikian peran Indonesia sebagai negara dengan penduduk dan  perekonomian terbesar di wilayah ini juga meningkat. Peningkatan peran ini membuat Bahasa Indonesia juga meningkat popularitas dan perannya. Bab selanjutnya akan membahas tantangan dan peluang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, terutama di wilayah Asia Tenggara. Setelah membahas tantangan dan peluang maka makalah ini akan mengajukan usulan-usulan nyata yang dapat dilaksanakan sebagai cetak biru program internasionalisasi Bahasa Indonesia.

Dengan sejarah panjang yang menunjukkan peran Bahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa antar peradaban di wilayah Asia Tenggara sejak dahulu serta makin menguatnya posisi dan peran Indonesia di tingkat regional dan global – Indonesia saat ini merupakan anggota satu-satunya anggota G20 dari wilayah Asia Tenggara –  maka makalah ini berpendapat bahwa sudah saatnya Bahasa Indonesia dipakai lebih banyak bangsa di dunia, terutama di Asia Tenggara, dan pemerintah Indonesia dibantu oleh pusat-pusat kajian, universitas dan intelektualnya sudah seharusnya mengupayakan secara serius internasionalisasi bahasa Indonesia ini. Makalah ini dengan demikian akan berfokus pada strategi-strategi konkret yang biasa menjadi sebuah cetak biru strategi nasional dalam upaya internasionalisasi Bahasa Indonesia.

II. Meningkatnya Peran Strategis Asia Tenggara dan Indonesia

Kebutuhan internasionalisasi Bahasa Indonesia atau alasan perlunya internasionalisasi Bahasa Indonesia muncul bukan hanya karena alasan emosional atau ideal tetapi yang lebih penting adalah alasan-alasan perkembangan zaman dan teknologi serta alasan-alasan pragmatis. Alasan yang paling kuat untuk mengenalkan Bahasa Indonesia ke lebih banyak warga negara asing adalah untuk melayani kepentingan strategis Indonesia di bidang ekonomi, politik dan keamanan serta bidang sosial budaya.   

  1. Ekonomi

Bersama Korea Selatan dan Tiongkok, Asia Tenggara yang terdiri dari 11 negara (10 anggota ASEAN dan Timor Leste) telah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia. Ketika perekonomian negara maju seperti Amerika Serikat,  Eropa dan Jepang sulit tumbuh bahkan cenderung stagnan dan negatif, perekonomian Asia Tenggara tetap tumbuh 5-7 persen per tahun. Tingkat perekonomian yang terus tumbuh menciptakan peluang usaha dan akan menarik investasi dan sumber daya manusia dari berbagai belahan dunia untuk masuk ke Asia Tenggara.

Dengan tumbuhnya peluang usaha serta membanjirnya investasi dan sumber daya manusia ke Asia Tenggara maka negara-negara di belahan dunia ini menjadi penting. Indonesia sebagai negara dengan perekonomian dan penduduk terbesar di Asia Tenggara serta memiliki sumber daya alam yang sangat besar menjadi yang terpenting di wilayah ini. Kenyataan ini membuat bahasa dan budaya Indonesia seharusnya juga menjadi penting untuk dikuasai.

        2. Jalur Logistik Dunia

Perairan Asia Tenggara, terutama Selat Malaka, adalah salah satu jalur terpenting di dunia. Selat ini adalah jalur terpendek menghubungkan Lautan Hindia dengan Lautan Pasifik serta menghubungkan negara-negara besar dunia seperti India dan Tiongkok. Setiap tahun sekitar 70.000 kapal laut bermuatan kontainer melewati selat ini. Kurang lebih seperempat transportasi minyak mentah dunia melewati selat ini. Pentingnya jalur ini, yang sebagian besar berada di wilayah Indonesia, membuat Indonesia juga menjadi penting. Adalah sesuatu yang sangat beralasan jika bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar di sepanjang jalur yang menghubungkan lebih dari 700 pelabuhan ini.  

         3. Kondisi Geopolitik dan Persaingan AS-Tiongkok

Tiongkok telah menjadi negara yang mampu menjadi saingan AS dalam bidang ekonomi, politik dan pertahanan. Wilayah Asia Tenggara menjadi wilayah strategis dimana kedua kekuatan ini bertemu dan saling bersaing untuk mempengaruhi negara-negara di wilayah ini. Dengan adanya konflik wilayah Laut Cina Selatan di mana Tiongkok bertikai dengan beberapa negara Asia Tenggara serta semakin memanasnya masalah Taiwan dan Korea Utara yang terletak tidak jauh dari wilayah Asia Tenggara maka wilayah ini Tiongkok dan AS menjadi strategis untuk dipengaruhi. Jika secara politis nilai Asia Tenggara meningkat maka sorotan dunia akan meningkat. Indonesia yang menjadi negara terbesar di wilayah ini menjadi penting untuk dipelajari oleh dunia. Mempelajari Indonesia berarti juga mempelajari bahasa dan budayanya. 

III. Cetak Biru Internasionalisasi Bahasa Indonesia

Tantangan dan Peluang Internasionalisasi Bahasa Indonesia

Meskipun Indonesia sudah memasukkan usaha-usaha internasionalisasi Bahasa Indonesia ke dalam Undang-Undang, untuk dapat melancarkan program-program ini akan menghadapi kendala yang tidak ringan. Makalah ini mengidentifikasi beberapa tantangan dan peluang yang dihadapi program ini.

Tantangan  

  1. Pembiayaan, Dukungan Politik dan Dukungan Publik

Sementara gerakan internasionalisasi Bahasa Indonesia sudah diamanatkan Undang-Undang, pemerintah Indonesia dan DPR RI bisa melihat bahasa bukan sebagai prioritas untuk diberikan pendanaan baik dari segi politik maupun ekonomi. Misalnya, mereka akan berpikir, apakah tidak lebih baik dana tersebut digunakan untuk program-program pengentasan kemiskinan yang lebih populer dan secara politis baik untuk mereka. Kemudian, apakah dana untuk bidang pendidikan secara umum bisa memasukkan pendanaan internasionalisasi Bahasa Indonesia atau Badan Bahasa dan direktorat budaya harus mencari sumber dana sendiri? 

Hal yang juga menjadi tantangan dan berhubungan dengan dukungan terhadap pendanaan adalah dukungan publik yang bisa terlihat oleh pengambil kebijakan. Jika anak-anak muda dan pemilih milenial bersemangat dan menyambut internasionalisasi Bahasa Indonesia ini maka dukungan pendanaan dan politik akan mengalir deras. Dengan demikian, pemangku kepentingan dalam program ini harus bisa menemukan cara promosi yang relevan di mana anak muda merasa terkoneksi dan merasa memiliki program ini.    

          2. Tantangan Globalisasi dan Bahasa Inggris

Globalisasi telah memasuki setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Burger atau ayam McDonald dan KFC adalah menu harian bagi masyarakat perkotaan Indonesia sementara minum kopi dan nongkrong di Starbucks adalah gaya hidup anak muda perkotaan Indonesia. Ini hanya salah satu contoh nyata globalisasi dan tentu banyak hal lain di bidang pendidikan, ilmu dan teknologi dan komunikasi yang terpengaruh oleh globalisasi. Dengan gaya hidup yang terinternasionalisasi, orang Indonesia, terutama anak mudanya, akan menggunakan istilah-istilah Bahasa Inggris. Mereka akan merasa keren dengan menggunakan Bahasa asing ini dan secara perlahan dan pasti meninggalkan penggunaan Bahasa Indonesia yang mungkin mereka anggap kuno. Maka, muncullah istilah bahasa Anak Jakarta Selatan yang pada dasarnya mencampurkan antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. 

Melihat perkembangan ini maka akan timbul keraguan apakah internasionalisasi Bahasa Indonesia bisa dilaksanakan sementara di dalam negeri sendiri Bahasa Indonesia semaking kurang dipakai. Seharusnya, pemangku kepentingan program ini harus mencari jalan untuk membuat Bahasa indonesia 4.0 dan bukan malah berkeras mengganti istilah-istilah yang populer dengan kata yang tidak pernah di dengan publik.

     3. Sumber Daya Manusia

Sudah menjadi kritik yang diterima orang banyak bahwa tenaga pengajar atau guru-guru serta birokrat kita secara umum tidak tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman dan kemajuan ilmu dan teknologi. Padahal, internasionalisasi Bahasa Indonesia adalah program yang kompleks dan sangat berhubungan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang asing. Adalah menjadi tugas pemerintah untuk menghimpun ahli-ahli yang relevan, muda dan mengikuti zaman untuk menjalankan program ini. Jika tidak, program ini akan hilang di tengah jalan.

Peluang

  1. Teknologi Digital

Penguasaan teknologi digital harus menjadi kekuatan Indonesia karena anak muda Indonesia sudah hidup setiap hari dengan teknologi. Dengan demikian, internasionalisasi Bahasa Indonesia harus dilaksanakan oleh orang muda karena merekalah yang menguasai teknologi terkini. 

           2. Jutaan Pengguna Media Sosial Indonesia

Peluang terbesar Indonesia untuk dapat berhasil melaksanakan program ini adalah kenyataan bahwa sekitar 220 juta penduduk Indonesia adalah pemakai internet di mana penduduk yang berjumlah 220 juta ini juga adalah pemakai aktif media sosial seperti TikTok, Youtube, Instagram, X (dahulu Twitter) serta Facebook dan Whatsapp. Indonesia adalah pemakai ketiga terbesar media sosial setelah Tiongkok dan India. Media sosial sekarang ini adalah sumber informasi terpenting yang mendominasi kehidupan sehari-hari masyarakat dunia dan Indonesia. Media cetak dan radio sudah sekarat sedangkan TV harus bersaing keras dengan kanal-kanal Youtube para pembuat konten. 

Jika pemangku kepentingan dapat merangkul puluhan juta pembuat konten media sosial dan bekerja sama dengan mereka  maka Bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa dunia karena media sosial akan dibanjiri materi (konten) dalam bahasa Indonesia yang memaksa masyarakat dunia untuk membacanya atau meng-google-translate kan untuk mengerti apa materi yang sedang viral ini.  

Lima Strategi Internasionalisasi

1. Promosi Musik dan Film serta Penerjemahan Karya Sastra

Medium terbaik untuk memperkenalkan bahasa adalah melalui musik, film dan karya sastra. Lewat musik, film, prosa dan puisi, pembaca menikmati keindahan dan kekuatan bahasa. Bahasa dalam sebuah karya sastra menghadirkan kehidupan sebuah masyarakat lengkap dengan konteksnya: sejarah, situasi sosial, politik, kultural. Melalui karya sastra, seseorang tak sekadar mempelajari bahasa sebagai sebuah hapalan, tapi sebuah kesatuan yang kontekstual dan komprehensif. 

Indonesia memiliki kekayaan karya sastra yang patut untuk untuk dibaca luas oleh warga berbagai negara. Ajang Frankfurt Book Fair 2015 (FBF 2015) yang menjadikan Indonesia sebagai tamu kehormatan, telah menjadikan Indonesia pusat perhatian sebagai salah satu negara dengan kekayaan intelektual dan budaya. Sayangnya, promosi masif yang telah dilakukan dalam rangkaian FBF 2015 tersebut tidak diikuti langkah-langkah sistematis dan berkelanjutan untuk mempromosikan bahasa dan karya sastra Indonesia. 

Selain ajang FBF 2015, kita patut mencatat pengakuan pantun sebagai warisan kekayaan dunia tak benda oleh UNESCO pada tahun 2020 menjadi tonggak awal dari upaya internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui karya sastra lisan. Dengan pengakuan UNESCO tersebut, pantun kini tak lagi dikenal oleh bangsa Melayu, tapi juga oleh bangsa-bangsa di dunia. 

Keberhasilan pantun mendapat pengakuan UNESCO juga merupakan sebuah pencapaian dalam kerja-kerja diplomasi budaya. Sebuah warisan budaya - baik itu benda maupun tak benda - tak akan bisa begitu saja diakui UNESCO tanpa diupayakan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri, dan pihak-pihak terkait. Jalan panjang untuk mendapatkan pengakuan UNESCO melibatkan kerja pengkajian, sosialisasi terhadap masyarakat di dalam negeri, promosi di negara-negara luar, publikasi media, dan serangkaian kampanye yang menunjukkan bahwa pantun merupakan warisan penting dunia yang unik, tak ada duanya, khas, dan sekaligus merepresentasikan kehidupan masyarakat dan nilai-nilai bangsa Melayu.

Meski demikian, pengakuan pantun semata tak akan cukup untuk memperkenalkan Bahasa Indonesia pada publik internasional. Upaya yang lebih masif perlu dilakukan untuk memperkenalkan karya-karya sastra Indonesia ke masyarakat dunia. 

Kita bisa melihat bagaimana kebijakan budaya Korea Selatan dalam memperkenalkan produk budayanya ke dunia yang akhirnya memancing rasa cinta dan keingintahuan dari warga dunia untuk mempelajari lebih dalam kebudayaan Korea Selatan. Para penggemar novel Korea, Kpop dan drakor pun berbondong-bondong ingin belajar Bahasa Korea Selatan. Universitas yang sebelumnya tak memiliki jurusan Bahasa Korea, kini pun membuka peminatan baru tersebut. Pusat-pusat kursus Bahasa Korea dibuka di banyak tempat.

Kunci keberhasilan Korea Selatan ada pada komitmen pemerintah yang mewujud dalam prioritas kebijakan dan politik anggaran. Hal serupa harus dilakukan Indonesia untuk mencapai tujuan internasionalisasi Bahasa Indonesia.

Pemerintah perlu memprioritaskan program penerjemahan dan penerbitan karya sastra Indonesia di berbagai negara. Dengan model pendanaan hibah atau subsidi, penerjemah dan penerbitan di berbagai negara akan terdorong untuk menerjemahkan dan menerbitkan karya sastra Indonesia. 

Tak berhenti di situ, penerjemahan dan penerbitan karya sastra harus diikuti dengan rangkaian program promosi berkelanjutan. 

2. Program Bahasa Indonesia untuk Orang Asing

Badan Bahasa lewat program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) telah giat mempromosikan Bahasa Indonesia ke seluruh dunia. Sebagai pelatih yang diundang oleh Badan Bahasa untuk melatih guru-guru BIPA seluruh dunia, saya melihat dan mengalami langsung usaha ini. 

Apa yang sudah dirintis oleh BIPA ini perlu dikembankan lebih serius dalam bentuk pelembagaan program Bahasa Indonesia dengan menggandeng universitas-universitas di negara setempat. Di berbagai universitas terkemuka dunia, selama ini telah berdiri pusat studi yang fokus kajiannya adalah Indonesia seperti Indonesian Studies di Cornell University, Malay Studies di National University of Singapore, Indonesian Language and Studies in Australian National University atau Southeast Asia Studies yang dimiliki hampir semua universitas dunia. Di beberapa universitas lain juga dibuka program Bahasa Indonesia yang fokusnya memberi pelatihan Bahasa Indonesia. 

Program-program bahasa dan budaya Indonesia di atas kebanyakan adalah inisiatif dari universitas, pusat studi atau pemerintah lokal tanpa yang memandang perlunya memahami ekonomi, sosial, politik dan budaya Indonesia. Pihak Indonesia – baik itu kementerian, pusat studi atau organisasi masyarakat sipil – masih belum banyak terlibat dalam inisiatif ini. Sudah saatnya inisiatif-inisiatif pihak asing ini harus disambut oleh pemerintah Indonesia demi mencapai tujuan internasionalisasi Bahasa Indonesia. Indonesia sudah tidak bisa lagi berdiri di tepi dan menjadi penunggang gratis (free rider) tetapi harus menjadi bagian penting usaha-usaha ini demi mencapai tujuan Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sesuai amanat undang-undang.  Di era globalisasi digital sekarang ini kolaborasi bukan lagi merupakan suatu pilihan tetapi sudah merupakan keharusan untuk bukan hanya untuk tetap hidup tetapi juga untuk sukses.. Melakukan usaha sinergi sumber daya dengan pihak lain merupakan jalan yang paling murah dan paling baik untuk berhasil karena pihak universitas atau lembaga studi asing mempunyai kekuatan yang tidak dipunyai Indonesia dan demikian pula sebaliknya.  

3. Memaksimalkan Peran KBRI sebagai Pusat Kegiatan Internasionalisasi Bahasa Indonesia

Jika internasionalisasi Bahasa Indonesia adalah bagian dari diplomasi luar negeri Indonesia maka sudah sewajarnya KBRI dan KJRI di seluruh dunia menjadi pusat pengenalan Bahasa Indonesia bagi masyarakat setempat yang ingin belajar bahasa ini. Indonesia mempunyai 95 kedutaan besar (KBRI) dan 30 konsulat general (KJRI) serta 4 konsulat (KRI) dan 3 perwakilan tetap (PTRI) di seluruh dunia yang dapat menjadi pusat kajian dan pengajaran budaya dan Bahasa Indonesia.

Jika semua kantor perwakilan ini diaktifkan untuk manjadi pusat pengkajian dan pengajaran Bahasa Indonesia untuk masyarakat setempat dan dimasukkan ke dalam BIPA maka Bahasa indonesia akan hadir di lebih dari 100 negara dan kemungkinan dapat dipelajari oleh jutaan orang di seluruh dunia. Semua program ini juga bisa lebih murah karena lokasi menyatu dengan kantor perwakilan serta ditangani oleh pegawai kedutaan/konsulat atau relawan-relawan orang Indonesia di negara tersebut. Gerakan ini saja jika dilaksanakan secara serius dan konsisten sudah bisa dikatakan berhasil menginternasionalisasikan Bahasa Indonesia di seluruh dunia.

4. Beasiswa untuk Belajar Bahasa Indonesia

Untuk merangsang lebih banyak orang asing belajar Bahasa Indonesia maka pemerintah juga bisa menyediakan beasiswa bagi orang asing dari berbagai negara berminat belajar Bahasa Indonesia. Tawaran beasiswa ini akan menarik lebih banyak lagi warga negara asing untuk belajar Bahasa Indonesia di pusat-pusat bahasa di KBRI atau jika mereka mau mempelajari lebih dalam lagi mereka akan datang langsung ke Indonesia. 

Dalam hal pembiayaan beasiswa, bisa dipertimbangkan apakah program ini bisa masuk ke LPDP atau cukup beasiswa di tingkat perwakilan Indonesia.

5. Penegakan Aturan bagi Pekerja Asing

Kebanyakan negara di dunia mewajibkan calon pekerja asing untuk dapat menguasai bahasa mereka sampai tingkat tertentu baru mengeluarkan izin atau visa bekerja. Indonesia sebagai negara anggota G20 yang perekonomiannya terus tumbuh dan terus menarik investasi asing akan menjadi tempat menarik bagi warga negara lain untuk menjadi tempat mereka bekerja dan berkarir. Adalah hal yang wajar bagi Indonesia untuk juga mewajibkan pekerja asing untuk menguasai Bahasa Indonesia. 

Meski Peraturan Presiden tahun 2018 telah  mewajibkan setiap pemberi kerja Tenaga Kerja Asing (TKA) untuk memberikan pelatihan Bahasa Indonesia, masih banyak pemberi kerja yang mengabaikan kewajiban ini. Terdapat sekitar 100 ribu perkerja asing dari berbagai negara di indonesia. Jika peraturan ini ditegakkan maka semakin banyak masyarakat internasional yang menguasai Bahasa Indonesia.  

IV. Kesimpulan

Pentingnya internasionalisasi Bahasa Indonesia bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, bahasa adalah bagian dari soft power dalam hubungan internasional sehingga dengan Bahasa Indonesia yang semakin banyak penuturnya di dunia internasional akan memperkuat pengaruh Indonesia serta membuat warga asing ini semakin mengerti budaya Indonesia dan merasa semaking akrab dengan Indonesia yang pada gilirannya akan membuka kerjasama pada bidang lain seperti bidang ekonomi, politik dan pertahanan.

Faktor kedua adalah melihat bagaimana warga asing makin tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia karena merasa Bahasa Indonesia memang penting dan relavan untuk dipelajari. Faktor ini berhubungan dengan making penting peran Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya karena letak strategis wilayah ini, potensi sumber daya Indonesia serta meningkat persaingan AS-Tiongkok di kawasan.


Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara serta menjadi anggota G20 yang berarti diakui sebagai salah satu perekonomian terbesar di dunia, Indonesia perlu untuk mejalankan usaha-usaha untuk membuat bahasanya dipakai lebih banyak lagi oleh warga dunia. Di tengah kemajuan dan revolusi teknologi, Indonesia perlu mencari cara yang sejalan dengan kemajuan zaman untuk usaha internasionalisasi Bahasa Indonesia.

Dengan pengguna smartphone, pengguna internet dan pengguna media sosial hampir sebanyak penduduknya yang 280 juta orang, maka usaha yang paling masuk akal adalah menggerakkan pembuat konten sosial media untuk bersatu menggunakan bahasa Indonesia di dalam setiap konten viral mereka yang dibaca oleh jutaan masyarakat dunia.   

Daftar Pustaka

Bourdieu, Pierre. 1991. “Language and Symbolic Power” (Harvard University Press)

Grzywacz, Anna. 2012. “Indonesia and Poland: Language Foreign Policy as A Soft Power” Jurnal Linguistik Terapan, Politeknik Negeri Malang. Volume 2, No. 1.

Nye, Joseph. 2005. “Soft Power: The Means to Success in World Politics” (Public Affairs).

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, sumber Mahakamah Agung RI: https://jdih.mahkamahagung.go.id/legal-product/pp-nomor-57-tahun-2014/detail

Dryad Global, 2023. Malacca Straits: Significant regional challenges to securing the maritime domain. Sumber:

https://dg.dryadglobal.com/south-east-asia-straits-of-malacca#:~:text=The%20straits%20are%20the%20main,for%20transit%20and%2For%20transhipment.

“Indonesian Internet Users Jumped by 45 Million due to Pandemic: Survey”, Tempo edisi Juni 2022. Sumber

https://en.tempo.co/read/1600176/indonesian-internet-users-jumped-by-45-million-due-to-pandemic-survey 

“Social media in Indonesia - statistics & facts” Statista, 2022. Sumber:  https://www.statista.com/topics/8306/social-media-in-indonesia/


 

Tags

1965 A Teeuw AA Navis Academic Journal Aceh Achdiat Kartamihardja Agnez Mo Agus Yudhoyono Ahmadiyah Ahok Aktivisme Anarchism Angga Sasongko Apsanti Djokosujatno Arswendo Atmowiloto ASEAN Asrul Sani Atambua Australia Indonesia Azab Bahasa Melayu Bakhtin Bebalisme Belu Bencana Benedict Anderson Bertahan Bookfluencer Bound BRIN, Megawati Soekarnoputri, Ideologi Pancasila Burkini Capitalism Censorship Cerita Perjalanan Cerpen Children's Day Children's Literature Clifford Geertz Colonialism Coronavirus Corruption Crazy Rich Crazy Rich Asians Decolonising Knowledge Deleuze Democracy Detik Dhjksh Dinasti Disabilitas Dorce, Transgender Education Education Edward Said Egg Boy Emile Durkheim Engaged Literature Entrok Faisal Tehrani Fanon Feminism Feminism Film Film Foucault Freedom Freedom Of Expression Friedrich Engels Gapi Gayatri Spivak Gebunden Gempa Bumi Gender Equality Genealogi Gili Meno Gojek Griffith Review Gus Dur Habermas Hamka Hamzah Fansuri Hari Buruh Hari Ibu Hari Kartini Hijab Hikayat Kadiroen History Human Human Rights Humanity Humor HUTRI76 Identitas Imlek Indonesia Gender Research Islam Islam Istirahatlah Kata-Kata Jagal Jalaluddin Rakhmat Jawa Pos Joko Pinurbo Jose Ramos Horta Joshua Oppenheimer Jurnal Perempuan Kapitalisme Karl Mannheim Kartini Kebebasan Kebebasan Kebebasan Berekspresi Kekerasan Seksual Kekuasaan Kekuasaan Kelas Menulis Kelas Pemikiran Kelas Penulisan Kennedy Kerumunan Terakhir Khashoggi Kids Kipandjikusmin Kompas Korupsi KPK Leviathan Lewat Djam Malam LGBT Literature Literature Lombok Makar Malay Mangunwijaya Manifesto Mannheim Maryam Maryam Mata Mata Dan Nyala Api Purba Mata Dan Rahasia Pulau Gapi Mata Di Tanah Melus Max Havelaar May Day Media Research Media Sosial Mendikbud Menulis Opini Mobilitas Sosial Multatuli Mural Nadiem Makarim Natal Nawal El Saadawi New Naratif Nh Dini Nkcthi Novel Baswedan OM Institute OMG! My Story OMInstitutePrograms Omong-Omong Media Orasi Orientalism Ortega Gasset Padang Pariaman Pandemi Papua Pasung Jiwa Pelatihan Menulis Pembunuhan Sosial Perempuan Phuket Pidato Kebudayaan Polisi Virtual Politics Politik Politik Bahasa, Pornography Law Pramoedya Privilege Psychoanalitical Puisi Puisi Pulau Buru Racism Raffi Ahmad Ramadan Ramon Grosfoguel Religion Religiusitas Resensi Revolusi Akhlak Revolusi Mental Riset Gender RKUHP Roland Barthes Sabir Laluhu Saras Dewi Sarjana Sartre Sastra Sastra Sastra Anak Sastra Perlawanan Science Of Fictions Sejarah Bahasa Selametan Semaoen Seni Menulis Opini Seni Menulis Skripsi Seri Mata Sexuality Silsilah Duka Singapore Social Dilemma Social Media Socrates Solo, Solitude Sosiologi Agama Soul Suara USU Subaltern Sumatra Sumpah Pemuda Syariah Law Syed Farid Alatas Syed Hussein Alatas Syed Naquib Alattas Syekh Siti Jenar Tahun Baru Teknologi Teror Thailand The Act Of Killing The Glass Castle The Jakarta Post The Last Crowd The Years Of The Voiceless Thomas Hobbes Timor Leste Tips Skripsi Tommy F Awuy Translation Travel Travel Writing Tsunami Tuhan Aku Lapar Usmar Ismail UU ITE Vaksin Covid19 Voice Wawasan Kebangsatan Wiji Thukul WijiThukul Women Of Letters Wonder Writing Workshop Xenophobia Yang Bertahan Dan Binasa Perlahan