Apa yang melatar belakangi Mba Okky ingin menuliskan tema korupsi kedalam sebuah karya novel?
Saya menulis novel 86 dilatarbelakangi keprihatinan saya pada kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Saya pernah menjadi wartawan di bidang hukum khususnya kasus2 korupsi. Pengalaman saya selama melakukan peliputan itulah yang menjadi pendorong saya menulis novel tentang korupsi.
Dari begitu luasnya definisi korupsi, apa arti “Korupsi” bagi seorang Okky Madasari?
Arti korupsi bagi saya adalah setiap perbuatan mengambil sesuatu yang bukan merupakan hak kita. Korupsi tidak hanya berupa uang, tapi juga bisa segala sesuatu yang bersifat non-materi.
Mengapa Mba Okky memilih dan mengangkat perempuan sebagai tokoh utama dalam novel tersebut?
Korupsi bisa dilakukan siapa saja, baik laki-laki dan perempuan. saya memilih bercerita dari sudut pandang perempuan, sebagai upaya untuk menunjukkan fakta bahwa setiap orang bisa melakukan korupsi. Selain itu, dalam sistem masyarakat kita sekarang, perempuan kerap menanggung akibat yang lebih besar dari sebuah sistem yang didasari ketidakadilan.
Mengapa di dalam settingan novel 86 mba Okky memilih lembaga-lembaga hukum seperti pengadilan dan penjara sebagai lembaga yang terjerat praktek korupsi?
Lembaga hukum semestinya menjadi tiang utama dalam proses penegakan hukum. Tapi yang terjadi di Indonesia, lembaga hukum justru menjadi sarang korupsi. Lalu pada siapa kita mempercayakan penegakan hukum kita? Itulah kenapa saya memilih menceritakan korupsi di lembaga hukum.
Berapa lamakah proses penulisan novel 86 ini?
86 ditulis sekitar 4 bulan. Proses riset sudah dimulai jauh sebelumnya.
Apakah ada pesan khusus yang ingin mba Okky sampaikan kepada khalayak lewat novel 86 tersebut?
Pesan yang ingin saya sampaikan: Korupsi adalah problem kemanusiaan. Korupsi merupakan akar dari berbagai ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita.
Wawancara dengan Anggie Aprilia, 2013